Inisiasi 1
Inisiasi 1SISTEM EKONOMI INDONESIA(SEDANG) MENCARI BENTUK?
Selamat datang, selamat bergabung dalam program tutorial online untuk
matakuliah Sistem Ekonomi Indonesia (ISIP4310). Program ini merupakan
program interaktif dimana Anda bisa mengungkap semua problematik yang
Anda hadapi saat belajar. Anda bisa berdiskusi dengan teman Anda atau
ingin meberikan opini seputar Sistem Ekonomi Indonesia yang sampai kini
belum jelas jati dirinya (apakah kita menganut sistem kapitalis murni
dimana ketimpangan ekonomi begitu terasa. Atau sebaliknya, kita menganut
sistem komunisme dimana hak-hak individu tidak dihargai (dipasung).
Atau menerapkan sistem yang lebih moderat, seperti sosialis liberal atau
kapitalis yang lebih etis (capitalist with human face) dimana ada
keharmonisan antara kebebasan individu untuk beraktualisasi dan
tanggung jawab social (social responsibility) yang lebih amanah, seperti
membayar upah tenaga kerja yang memadai, membayar pajak sesuai aturan,
menjaga ekosistem dan seterusnya.
Berbicara mengenai sistem ekonomi, itu sama artinya kita berbincang mengenai suatu orde atau tatanan ekonomi yang sengaja diciptakan untuk memandu segala aktivitas ekonomi menuju “sesuatu” yang diinginkan atau dicita-citakan. “Sesuatu” yang berdimensi positif, misalnya kemakmuran, kejayaan, dan kesejahteraan.
Untuk memanifestasi sesuatu yang diinginkan tersebut, suatu tatanan ekonomi idealnya dibangun atas kristalisasi nilai-nilai filosofis atau tradisi yang melatari masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi. Memang hal ini kelihatannya mengandung pretensi yang konservatif. Tetapi coba kita simak, suatu orde atau sistem ekonomi yang sampai sekarang dominan, seperti sistem kapitalis dibangun dengan latar belakang tradisi laissez faire, liberal dari masyarakat yang menjunjung tingggi individulisme dan kompetisi yang kuat. Sehingga ketika sistem tersebut dijadikan sebuah tatanan outcame yang dihasilkan sungguh menakjubkan. Bahkan sistem kapitalis yang pada mulanya banyak digugat akan menimbulkan penghisapan yang luar biasa terhadap kaum papa (pekerja), seperti yang diungkapkan oleh Hegel maupun Karl Marx ternyata tidak sepenuhnya benar. Sebab dalam perjalannanya kapitalisme sendiri cukup adaptif terhadap tuntutan dan perubahan jaman.
Kapitalisme dalam sosoknya yang sekarang justru menunjukkan sosok yang lebih lembut (Capitalist with human face). Misalnya di negara kapitalis perlindungan konsumen, antimonopoly, tanggung jawab social atau CSR (corporate social responsibility), dan konservasi alam sungguh sangat diperhatikan. Bandingkan dengan sistem ekonomi yang tidak dibangun atas dasar kristalisasi nilai universal seperti komunisme, dalam perjalanannya sarat dengan korupsi, nepotisme, inefisiensi dan sangat kental dengan pelanggaran HAM sehingga pada akhirnya sistem ini tumbang begitu saja. Sedangkan negara yang masih menjadi pengikut sistem ekonomi komunisme cepat-cepat melakukan penyesuaian secara radikal, seperti yang dilakukan Cina.
Berbicara mengenai sistem ekonomi, itu sama artinya kita berbincang mengenai suatu orde atau tatanan ekonomi yang sengaja diciptakan untuk memandu segala aktivitas ekonomi menuju “sesuatu” yang diinginkan atau dicita-citakan. “Sesuatu” yang berdimensi positif, misalnya kemakmuran, kejayaan, dan kesejahteraan.
Untuk memanifestasi sesuatu yang diinginkan tersebut, suatu tatanan ekonomi idealnya dibangun atas kristalisasi nilai-nilai filosofis atau tradisi yang melatari masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi. Memang hal ini kelihatannya mengandung pretensi yang konservatif. Tetapi coba kita simak, suatu orde atau sistem ekonomi yang sampai sekarang dominan, seperti sistem kapitalis dibangun dengan latar belakang tradisi laissez faire, liberal dari masyarakat yang menjunjung tingggi individulisme dan kompetisi yang kuat. Sehingga ketika sistem tersebut dijadikan sebuah tatanan outcame yang dihasilkan sungguh menakjubkan. Bahkan sistem kapitalis yang pada mulanya banyak digugat akan menimbulkan penghisapan yang luar biasa terhadap kaum papa (pekerja), seperti yang diungkapkan oleh Hegel maupun Karl Marx ternyata tidak sepenuhnya benar. Sebab dalam perjalannanya kapitalisme sendiri cukup adaptif terhadap tuntutan dan perubahan jaman.
Kapitalisme dalam sosoknya yang sekarang justru menunjukkan sosok yang lebih lembut (Capitalist with human face). Misalnya di negara kapitalis perlindungan konsumen, antimonopoly, tanggung jawab social atau CSR (corporate social responsibility), dan konservasi alam sungguh sangat diperhatikan. Bandingkan dengan sistem ekonomi yang tidak dibangun atas dasar kristalisasi nilai universal seperti komunisme, dalam perjalanannya sarat dengan korupsi, nepotisme, inefisiensi dan sangat kental dengan pelanggaran HAM sehingga pada akhirnya sistem ini tumbang begitu saja. Sedangkan negara yang masih menjadi pengikut sistem ekonomi komunisme cepat-cepat melakukan penyesuaian secara radikal, seperti yang dilakukan Cina.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar secara bijak