Perpustakaan sebagai
salah satu ujung tombak pendidikan,mempunyai peranan penting dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa,namun memang masih di sayangkan bahwa minat baca di negara
kita masih sangat rendah.Kalau di negara lain sih katanya membaca sudah
merupakan kebutuhan dan masuk ke perpustakaan sudah merupakan tempat paforit.namun
di negara kita menurut survey yang ada perpus masih hanya di pandang sebagai
gudang buku,padahal kita semua tau buku adalah gudang ilmu dan membaca adalah
kuncinya.Rupanya untuk sekarang kata-kata itu masih merupakan selogan aja dan
belum menjadi realita (untuk kebanyakan orang).
membaca adalah kunci ilmu, sedangkan gudang ilmu
adalah buku”. Dan Dr. Mustafa Ashi Bai’ menasihati kita dengan kata-katanya :"Ziarahlah ke perpustakaan sehari sekali, supaya engkau tahu karunia akal
yang Allah berikan kepadamu"
Pepatah ini kerap kita dengar. Hampir semua orang
yang pernah mengenyam pendidikan formal mengenal pepatah ini. Tapi yang
menyadari dan melakukannya masih sedikit. Minat baca penduduk negeri ini masih
rendah. Aktivitas membaca belum begitu membudaya. Bahkan melihat seseorang yang
tekun membaca buku saja dianggap aneh. Julukan sok pintar, sok profesor,
kebarat-baratan dan lain semacamnya segera saja ditempelkan kepada si kutu
buku.
Bagi penggemar membaca buku, membaca di sembarang
tempat butuh mental kuat. Harus kebal cemoohan dan sindiran yang kadangkala
menyakitkan telinga. Padahal membaca buku adalah kegiatan yang positif dan
tidak melanggar sebiji pun peraturan perundang-undangan di negeri ini. Pun
begitu, membaca tidak melanggar HAM. Tapi mengapa ada saja yang merasa
‘terganggu’ oleh seseorang yang membaca buku di sekitarnya?
Tradisi lisan yang lebih membudaya daripada tradisi
membaca, mungkin bisa dituding sebagai biang penyebabnya. Terlibat dalam
obrolan lebih asyik dibanding ‘berdialog’ dengan sebuah buku. Lebih parah lagi
obrolan lebih mengarah kepada ngegosip alih-alih berdiskusi tentang sesuatu
hal.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar secara bijak